Rumah Rasulullah SAW
Kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah
kehidupan yang dipenuhi dengan keberkahan, karunia dan rahmat Allah Ta’ala,
serta jaminan kehidupan yang bahagia dari Allah Ta’ala di dunia dan
akhirat. Oleh karena itu kewajiban umatnya adalah menjadikan kehidupan Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai panutan dan suri tauladan dalam
kehidupan mereka .Allah Ta’ala berfirman, artinya, “Sesungguhnya telah ada
pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan
Dia banyak menyebut Allah”. (QS. al-Ahzab: 21).
Marilah kita melihat bagaimana rumah Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, rumah yang penuh dengan kerendahan hati, dan
bermodalkan keimanan. Rumah kenabian yang dipenuhi dengan keberkahan. Di
dalamnya banyak pelajaran, suri tauladan dan petunjuk hidup, di
tengah-tengah zaman yang dipenuhi dengan materi serta berlomba-lomba dalam
kemewahan.
1. Kamar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Kamar-kamar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dibangun
di atas pelepah kurma, tembok-temboknya terbuat dari batu-batu yang
disusun dengan tanah liat, atapnya terbuat dari pelepah kurma. al-Hasan
al-Bashri rahimahullah berkata, “Saya masuk rumah istri-istri
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pada masa khilafah Utsman bin ‘Affan
radhiallahu ‘anhu, saya dapat memegang atapnya dengan kedua tanganku”. (Lihat:
Shahih adab al-mufrod: 450).
Dari Dawud bin Qois berkata, “Saya melihat kamar-kamar
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terbuat dari pelepah kurma yang
terbalut dengan serabut, saya perkirakan lebar rumah ini, antara
pintu kamar dengan pintu rumah kira-kira 6 atau 7 hasta, saya mengukur luas
rumah dari dalam 10 hasta, dan saya kira tingginya antara 7 dan 8, saya
berdiri dipintu ‘Aisyah saya dapati kamar ini menghadap Maghrib (Maroko)”. (Lihat:
Shahih adab al-mufrod: 451).
2. Tempat Tidur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Terkadang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidur di
atas alas dan terkadang di atas kulit, tikar, lantai, kasur dan terkadang
diatas kain hitam. Tempat tidur Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
terbuat dari tali yang dianyam, begitu juga bantalnya.
Dari Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu berkata, “Saya menemui
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam saat itu beliau sedang tidur di
atas tikar yang membekas pada pinggangnya, saya menangis”. Beliau
berkata, “Apa yang menjadikanmu menangis ?” saya berkata, “Raja Kisro dan
Qoisar tidur diatas kain sutra sedang engkau tidur diatas tikar”. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Perumpamaanku dan dunia ini
adalah tidak lain seperti pengendara yang berlindung di bawah pohon kemudian
dia meninggalkannya”. (HR. Ahmad dan Ibnu Majah dengan sanad
Shahih).
Dalam riwayat al-Bukhari dan Muslim Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda, “Janganlah kalian mengatakan demikian, karena
tempat tidur Kisro dan Qoisar akan berada di neraka, sedang tempat tidurku ini
pada akhirnya akan berada di surga”.
3. Perabot Rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Dari Tsabit berkata, “Anas bin Malik mengeluarkan tempat
minum yang terbuat dari kayu dan sangat tebal serta dibalut dengan besi”. Anas
berkata: “wahai Tsabit ini adalah tempat minum Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam, beliau minum air, sari buah, madu dan susu darinya”. (HR.
Tirmidzi).
Ibnu Qoyyim rahimahullah dalam kitab “Zad al-Ma’aad”
berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mempunyai bejana dari batu yang
digunakan untuk wudhu, tempat mencuci baju dari kuningan, nampan dari
kuningan, tempat sisir, tempat celak, nampan yang terdiri dari 4 sisi
dan dibawa 4 lelaki, mangkok, karpet yang ujung-ujungnya terdapat
anyaman, Sa’ad bin Zuroroh menghadiahkannya kepada beliau”.
4. Keseharian Rasulullah di
Rumahnya.
Dari al-Aswad radhiallahu ‘anhu berkata, “saya bertanya
kepada ‘Aisyah radhiallahu ‘anha apa yang dilakukan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam di rumahnya ?”. ‘Aisyah menjawab, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam selalu membantu keluarganya, jika waktu shalat telah
masuk beliau berwudhu dan pergi untuk shalat”. (HR. Muslim).
Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha berkata, “Rasulullah menjahit
bajunya, sendalnya dan melakukan apa yang selayaknya dikerjakan para
lelaki di rumahnya” (HR. Ahmad dengan sanad Shahih).
‘Aisyah radhiallahu ‘anha ditanya, “Apa yang dilakukan
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di rumahnya?” Dia menjawab,
“Beliau adalah manusia selayaknya manusia biasa, beliau membersihkan
kotoran yang menempel pada bajunya, memerah susu dan mengurus dirinya”. (Lihat:
Shahih al-adab al-mufrod: 419).
5. Menu Makanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
An-Nu’man bin Basyir radhiallahu ‘anhu menyebutkan kondisi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Saya melihat Nabi kalian
melipat perutnya seharian penuh, tidak mendapatkan makanan yang dapat mengisi
perutnya walaupun itu kurma yang paling jelek”. (H.R Muslim).
‘Aisyah radhiallahu ‘anhu berkata, “Kami adalah keluarga
Muhammad selama sebulan kami tidak menyalakan api kecuali hanya sekedar
kurma dan air”. (HR. al-Bukhari).
‘Aisyah radhiallahu ‘anhu berkata, “Keluarga Muhammad
semenjak tinggal di Madinah tidak pernah kenyang dari makanan yang terbuat dari
gandum selama tiga hari berturut-turut sampai beliau meninggal”. (HR.
al-Bukhari).
Al-Bukhari juga meriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anhu,
bahwa beliau berkata kepada Urwah, “Wahai anak saudariku, sungguh kami
menanti 3 kali hilal dalam dua bulan dan tidak pernah api itu dinyalakan di
rumah-rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”. Saya (Urwah)
berkata, “Lantas apa yang kalian makan ? ‘Aisyah radhiallahu ‘anha berkata,
“Kurma dan air, tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mempunyai
tetangga dari kalangan anshor yang banyak memberi, mereka sering memberi
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari rumah mereka, sehingga
mereka bisa memberi makan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”.
Imam Muslim meriwayatkan dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anhu,
beliau berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak pernah
kenyang dari roti dan minyak dalam satu haripun”.
Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu berkata, “Rasulullah
meninggalkan dunia ini sedang beliau tidak pernah kenyang dari gandum dalam satu
hari, baik makan siang maupun makan malam”. (HR. Muslim).
Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhuna berkata, “Rasulullah tidur
pada beberapa malam sedang keluarganya melipat perutnya, tidak mendapatkan
makan malam”. (HR. Tirmidzi).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana
diriwayatkan al-Bukhari dalam shahihnya selalu membaca do’a, “Ya Allah berikanlah
rizki makanan pokok untuk keluarga Muhammad”.
Ibnu Baththol rahimahullah berkata, “Hadits-hadits tersebut
menunjukan atas fadhilah kesederhanaan dan mengambil seperlunya dari
kehidupan dunia serta mencukupkan diri dari kelebihan hal itu demi mendapatkan
kenikmatan akhirat dan mengedepankan sesuatu yang kekal dari yang fana. Oleh
kerena itu seharusnya, umat beliau mengikutinya dalam hal ini.”
Al-Qurthubi berkata, “Makna hadits ini adalah anjuran untuk
mencari kecukupan, karena makanan pokok itu adalah yag dapat
membantu tubuh dan cukup untuk kebutuhan. Kondisi demikian dapat menyelamatkan
diri dari penyakit kaya dan penyakit miskin.”
Sumber : Disadur dari makalah yang ditulis oleh Dr. Amirah
bintu Ali Ash-Sha’idi. Fatwa Islami
<< Beranda